Memories Of Kayu Tanam
Saya pertama kalinya menginjakkan kaki ke kayu tanam, awalnya saya merasakan ketakutan, karena mendengarkan berbagai cerita mistis dari orang-orang yang pernah kesana. Saat saya memasuki kawasan kayu tanam, saya merasakan kesejukkan, banyak pepohonan, sejuk, terdengar suara burung berkicau. Saya merasa sangat senang sekali saat berada di sana, saya mendapatkan teman baru, keluarga baru, pelajaran baru, pengalaman baru.
Menginjakkan
kaki ke INS Kayutanam searas menginjakkan kaki di bumi pertiwi yang masih asri.
Keteduhann dan kenyamanan terasa saat kaki ku pertama melangkah masuk ke
gerbang INS Kayutanam. Pikiran yang gundah hiang seketika, hawa panas yang ku
bawa dari tempatku dimakan dengan kesejukan pepohonan yang bersusun rapi.
Banyak hal yang dapat ku pelajari, aku mengenal bagaimana berpuisi dengan baik,
bermain teater dengan rasa percaya diri yang tinggi. Aku juga mengenal guru dan
pelatih dayung-dayung. Dayung-dayung adalah kelompok musikalisasi puisi yang
membuat aku merinding saat mereka bernyanyi. Nyanyian yang mengingatkanku pada
sebuah impian ketika kita telah tiada. Instrumen yang mereka gunakan juga
sangat menyentuh, sampai-sampai aku tidak berpandang ke yang lain.
Banyak
cerita yang terjadi dalam waktu singkat,
kenangan, harapan dan impian melebur menjadi satu dalam sebuah kehangatan keluarga, kita bukan keluarga yang lahir dari satu rahim namun kita begitu dekat dan saling mengisi di tempat yang menyatukan perbedaan, kayu tanam.
berjalan mengitari tempat itu membuat aku seakan terlahir kembali, damai, nyaman dan udara yang begitu bersih membuat hati tak ingin kembali dalam kesibukan kota yang penuh dengan kebisingan serta debu. pepohanan rindang serta alunan-alunan merdu kicau burung membangkitkan semangat yang selama ini terkubur, bau rerumputan pun tak kalah istimewa, bau yang selama ini ku rindukan di kota besar.
kenangan, harapan dan impian melebur menjadi satu dalam sebuah kehangatan keluarga, kita bukan keluarga yang lahir dari satu rahim namun kita begitu dekat dan saling mengisi di tempat yang menyatukan perbedaan, kayu tanam.
berjalan mengitari tempat itu membuat aku seakan terlahir kembali, damai, nyaman dan udara yang begitu bersih membuat hati tak ingin kembali dalam kesibukan kota yang penuh dengan kebisingan serta debu. pepohanan rindang serta alunan-alunan merdu kicau burung membangkitkan semangat yang selama ini terkubur, bau rerumputan pun tak kalah istimewa, bau yang selama ini ku rindukan di kota besar.
Seberkas
cahaya rindu menguak keinginanku tuk kembali, aku merindukan suasana saat itu,
bau rumput yang membuat ku lupa dari kesibukan kuliah
Sejuk, damai serta tentram singgah dihati
saat Berkumpul di bundaran "Indonesia Subur" di bawah pohon mahoni besar, makan lontong langsung dari bungkusnya, kekurangan sendok, hal-hal sederhana yang akan selalu kukenang
Aku berada di tempat yang membuatku merasa nyaman,
disana terasa ada kebersamaan, kekeluargaan dan saling membutuhkan diantara kita yang begitu kental.
Sejuk, damai serta tentram singgah dihati
saat Berkumpul di bundaran "Indonesia Subur" di bawah pohon mahoni besar, makan lontong langsung dari bungkusnya, kekurangan sendok, hal-hal sederhana yang akan selalu kukenang
Aku berada di tempat yang membuatku merasa nyaman,
disana terasa ada kebersamaan, kekeluargaan dan saling membutuhkan diantara kita yang begitu kental.
Sebuah
momen yang tak pernah aku lupakan, di mana aku merasa senang, sedih, dan
kegembiraan saat berkumpul bersama orang-orang hebat.
Terima kasih INS, pak Bram, Mami, dan komunitas dayung-dayung :)
*Sumber Rahma, Dwi, Maya, Lina, Ningsih, Mona
0 komentar:
Posting Komentar